Selasa, 20 Agustus 2013

Sistem Kekerabatan


  Suku bangsa Asmat, dalam sistem kelerabatanmengenal 3 (tiga) bentuk keluarga, yaitu :

1. Keluarga Inti Monogamy dan Kandung Poligami

2. Keluarga Luas Uxorilokal : keluarga yang telah menikah berdiam di rumah keluarga dari pihak istri

3. Keluarga Ovunkulokal : keluarga yang sudah menikah bediam di rumah keluarga istri pihak ibu.

  Di samping itu, orang-orang Asmat tinggal bersamadalam rumah panggung seluas 3 x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini jugaberfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata dan peralatan berburu, bercocoktanam, dan menangkap ikan. Suku bangsa Asmat mengenal rumah panggung Yew seluas10 x 15 meter. Fungsinya sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan. Yewini pada umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan rumah keluarga Luas.

  Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatandisebut Aipem. Pemimpin Aipem biasanya mengambil prakarsa untukmenyelenggarakan musyawarah guna membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan.Syarat untuk dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang yangpandai berkelahi, kuat dan bijaksana.

Letak Geografis

Di Indonesia bagian Timur, tepatnya di Papua, ada sebuah suku yang hasil ukirannya sangat unik dan terkenal di bagian Indonesia lainnya, termasuk bagian bumi di luar Indonesia. Suku yang dimaksud ialah Suku Asmat. Jumlah populasi Suku Asmat yang berkisar 70.000 orang terbagi dalam dua populasi besar, yaitu mereka yang tinggal di pedalaman dan mereka yang tinggal di pesisir pantai. Cara hidup, ritual, kebiasaan, sistem sosial, dan dialek bahasa kedua populasi ini sangat berbeda. Suku Asmat yang tinggal di daerah pesisir pantai dibagi menjadiSuku Bisman dan Suku Simai.

  Kabupaten Asmat terletak diantara 4º-7º Lintang Selatan dan 137º-140º Bujur  Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafuradan Kabupaten Mappi. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mimika dan Laut Arafura. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi.

  Karakteristik wilayah yang berdataran rendah, ber-rawa dan sering tergenang air, menyebabkan pembangunan konstruksi jalan di Kabupaten Asmat menggunakan konstruksi jalan jembatan. Jalan jembatan inilah yang menjadi sarana transportasi bagi masyarakat setempat untuk melakukan perjalanan darat. Satu-satunya cara untuk melaluinya adalah dengan berjalan kaki.

  Di kota Agats, ibukota Kabupaten Asmat, seluruh bagian kota dihubungkan dengan jalan jembatan ini. Jalan utama di kota ini adalah sebuah jembatan dengan lebar kira-kira 2 meter yang memanjang menuju pusat-pusat perekonomian seperti pasar, pusat pemerintahan, pusat kesehatan, sarana umum, tempat ibadah dan sekolah. Masing-masing rumah terhubung dengan jembatan seadanya menuju jembatan utama yang herfungsi sebagai jalan umum bagi pejalan kaki. Tidak ada kendaraan bermotor roda dua dan empat di kota kabupaten seperti Agats. Jadi tidak ada polusi suara maupun polusi udara di sini.


 
Kondisi seperti ini menciptakan interaksi yang sangat tinggi di antara masyarakat, karena hampir semua warga akan melintas di jalan jembatan ini, tak terkecuali para pejabat. Interaksi masyarakat yang sangat tinggi ini memungkinkan satu sama lain saling mengenal dan saling menyapa.

  Kehadiran orang asing atau tamu akan langsung dikenali di wilayah itu Masyarakat Asmat sangat ramah dengan para pendatang baru atau tamu di wilayahnya. Mereka biasanya akan menyapa selamat pagi atau selamat siang jika berpapasan di jalan. Sedangkan untuk berhuhungan dari satu distrik ke distrik lain, yaitu bagian wilayah di luar kota Agats, digunakan transportasi air. Beberapa alat transportasi air seperti perahu, perahu panjang tradisional, perahu panjang dengan motor dan speedboat sering menjadi pilihan untuk perjalanan antar kampung dan distrik.

 

Sistem Ekonomi


  Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan separti, ular, kasuari< burung< babi hutan dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah.

  Sehari-hari orang Asmat bekerja dilingkungan sekitarnya,terutama untuk mencari makan, dengan cara berburu maupun berkebun, yang tentunya masih menggunakan metode yang cukup tradisional dan sederhana. Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil buruan.

  Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil buruan.

Dalam kehidupan suku Asmatbatu” yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.

Sistem Religi


       Dalam kepercayaan masyarakat Asmat, suku bangsa Asmat sekarang ini merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia ghoib.Dewa-dewa itu turun ke bumi dan mendarat di suatu tempat di pegunungan. Darisana mereka berpetualang dengan berbagai tantangan menelusuri sungai hinggatiba di daerah mana suku Asmat berdiam saat ini. Salah satu dewa yang dikenaladalah Fuumeripitsy yang dianggap sebagai nenek moyang suku Asmat di teluk Flaminggo.

 
  Masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yang digolongkan ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Arwah nenek moyang yang baik, yang disebut Yi – ow

2. Arwah nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan

3. Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut Dambinow